MENGUBAH WAJAH OSPEK MENJADI TONGGAK PENDIDIDIKAN YANG BERMUTU, KREATIF, DAN INOVATIF



I.                   Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai kemajuan dalam semua bidang kehidupan, termasuk di dalamnya kemajuan dalam hal bangsa dan negara. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Damsar, 2011:8). Tata kelola pendidikan tak hanya diasuh oleh guru atau pengajar, namun juga diberlakukan oleh siswa atau peserta didik di dalamnya. Untuk menuju “gerbang pendidikan baru” ada langkah yang ditempuh oleh peserta didik mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang menyentuh mahasiswa. Maka dari itu, muncullah istilah ospek atau orientasi studi dan pengenalan kampus. Ospek merupakan suatu kegiatan yang dilalui setiap peserta didik baru dalam menempati jenjang pendidikan barunya. Di dalam ospek terdapat pendidikan – pendidikan yang bermuatan positif maupun negatif. Tak jarang di dalam pelaksanaannya ospek mengandung unsur – unsur kekerasan yang dilakukan senior terhadap junior. Hal ini menimbulkan kontrovesi dan perlawanan sejumlah pihak yang menentang adanya tindakan tersebut. Ospek yang pada dasarnya dinilai dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap almamater dan penumbuhan rasa nasionalis dan disiplin namun pada praktiknya mengandung unsur SARA dan menyudutkan banyak pihak dalam hal ini adalah junior. Seorang junior tidak mampu melakukan perlawanan karena dituntut oleh adanya peraturan ospek dan stigma yang menganggap senior merupakan “penguasa” dalam kegiatan tersebut. Alhasil, kekerasan dalam dunia akademik tak terhindarkan dan sering kali menimbulkan korban.

II.                Isi
Pendidikan sebagai ajang untuk mencari ilmu memiliki tujuan yang baik dan terintegrasi. Sebagai sebuah pendidikan yang dapat memajukan pengetahuan generasi bangsa, pendidikan diharapkan memiliki kriteria  atau ciri – ciri pendidikan yang baik. Sebab sekolah memotivasi peserta didik dalam hampir segala aktivitas sekolah, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler, untuk mengembangkan kemampuan dan menghindari kegagalan (Damsar, 2011:73). Pada setiap masyarakat juga menginginkan pendidikan yang baik bagi seluruh warganya, sehingga institusi – isntitusi pendidikan mengeluarkan kebijakan dan cara – cara melahirkan pendidikan yang baik dan optimal melayani seluruh elemen masyarakat. Pendidikan tak hanya dilakukan di dalam kelas, ketika pengajar bertemu dengan peserta didik baik itu siswa maupun mahasiswa. Pendidikan juga dapat dilakukan melalui “gerbang pertama” yaitu ospek. Apa yang kita dapatkan di sini adalah dua hal yang jelas berbeda: orang bisa saja menjadi seorang guru yang baik, namun tidak teramat pintar dalam teori pendidikan. Sebaliknya, para teoritisi pendidikan, bisa jadi sangat kurang dalam keterampilan praktis (Durkheim, 1990:1). Ospek yang baik diharapkan memiliki kriteria kegiatan yang menyenangkan, mendidik, menciptakan siswa atau mahasiswa baru yang peka sosial, inovatif dan kreatif, dan dapat menunjang pembelajaran akademik yang bermutu.
Pelaksanaan ospek yang dirancang sedemikian rupa awalnya dihadirkan untuk menciptakan siswa atau mahasiswa baru yang disiplin dan sebagai inagurasi dalam menempati kampus barunya. Namun di dalam realitanya antara konsep dengan pelaksanaan teknis di lapangan sering kali menuai kontra. Terdapat hegemoni di dalam pelaksanaan ospek sepertinya menjadikan hal ini biasa dan para aparatur sekolah atau kampus pun sering kali abai dalam menangani kasus ini. Hegemoni yang berlebihan pun menunjuukkan bahwa senioritas merupakan hal segalanya dalam mendidik para junior. Tak jarang, banyak pesreta didik baru yang dipelonco dengan kegiatan dan tindakan – tindakan yang tidak senonoh dan kurang penting hingga menimbulkan kasus kekerasan dan pelecehan.
Sebenarnya ospek memiliki tujuan untuk mengenalkan peserta didik baru ke dalam lingkungan barunya yakni kampusnya. Sebagai wadah pengenalan, ospek memiliki kegiatan – kegiatan yang mendukung seperti menghafal lagu atau hymne, mengenal guru atau dosen serta perangkat sekolah, dan kegiatan – kegiatan lain yang mengakrabkan antarpeserta. Tujuannya tak lain adalah menyiapkan peserta didik yang siap menghadapi kehidupan sekolah atau kampus yang akan dihadapi selama pendidikan berlangsung. Jika ospek dilaksanakan dengan  prosedur dan sesuai dengan peraturan maka unsur – unsur senioritas dapat dihindari dan dapat menciptakan tonggak pendidikan yang berkualitas. Kegiatan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru hendaknya dijadikan awal pembinaan idealism, menanamkan dan membina rasa dan sikap cinta pada tanah air dan bangsa, menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesame dan lingkungan dalam rangka menciptakan generasi yang jujur, cerdas, peduli, bertanggung jawab, dan tangguh (Wahyuningsih, 2015). Ospek yang didukung dengan sumber daya manusia yang terarah dan terukur dapat menjadikan ospek yang menyenangkan dan jauh dari kesan perpeloncoan. Namun pada realitanya, ospek menjadi sebuah ajang hegemoni dengan menujukkan bahwa senior merupakan orang yang harus dipatuhi dan dihormati. Bisa dilihat di setiap kampus atau sekolah, peserta didik bagaikan manusia yang tidak diberi kebebasan bersuara dan hanya mematuhi perintah senior tanpa landasan dan dasar hukum yang jelas. Di dalam praktik pelonco tersebut, sering kali peserta didik baru merasakan ketidaknyamanan dalam mengikuti kegiatan hingga memunculkan trauma.
Aturan – aturan dalam ospek yang tidak masuk akal diterapkan guna melaksanakan praktik hegemoni tersebut. Alih – alih mendidik adik kelas, para senior menunjukkan sikap arogansi yang berlebih seperti membentak, memarahi, hingga main fisik yang mereka abaikan akibatnya. Selain sikap tersebut, kebijakan dan aturan dalam ospek yang tidak diawasi oleh pihak berwenang seperti kepala sekolah atau rektor dan segenap jajaran pengajar juga kerap kali diselewengkan oleh senior – senior. Peserta didik baru diharuskan membawa barang – barang yang tidak penting, atribut yang memalukan, hingga mendapati makian dan pelecehan terhadapnya. Hal – hal seperti ini selalu luput dari pengawasan, dan hanya muncul ke permukaan apabila terdapat kasus yang berakibat sudah akut di antaranya terjadi kekerasan fisik yang dilaporkan korban hingga menimbulkan hilangnya nyawa. Di dalam parktik tersebut, terjadi bertahun – tahun hingga melahirkan generasi hegemoni baru dan timbulnya rasa balas dendam senior kepada junior. Junior tak hanya dimaki, namun juga dipaksa melakukan tindakan yang tidak penting dan terkadang melanggar nilai – nilai kemanusiaan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik baru sering tidak menyanggah dan membantah aturan dan tindakan yang dilaukan seniornya karena perasaan takut. Namun jika ia membantah, hukuman pun akan diberikan padanya. Hal semacam ini menimbulkan rasa pasrah pada setiap junior hingga menimbulkan kebencian dan trauma.
Jalan keluar yang dapat ditempuh untuk menghindari kekerasan dan praktik hegemoni di dalam pendidikan adalah pengubahan sikap dan konsep yang terarah dan dilandasi oleh hukum serta pengawasan yang kuat. Ospek yang biasanya merupakan ajang didikan senior yang tidak masuk akal, dapat diubah menjadi sarana pengajaran peserta didik memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Secara intinya, ospek merupakan tonggak awal yang nantinya akan menyambungkan dengan pendidikan akademik di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik benar – benar mengetahui apa yang akan ia hadapi selama proses pembelajaran hingga mekanisme survivalnya. Ada banyak cara untuk menumbuhkan ospek yang bermanfaat dan berkualiatas, yang harus diperbaiki adalah manusianya, manusia yang mengelola ospek tersebut termasuk di dalamnya merupakan panitia ospek yang selalu dipegang oleh kakak kelas. Di sini, sebelum menggembleng adik kelas, senior dibekali pengetahuan dan nilai – nilai kemanusiaan dan mendidik secara benar serta dibekali dengan materi yang akan disampaikan pada saat ospek dengan bobot yang berkualitas. Pada realitanya, kosep yang sudah ditata dengan maksimal di antaranya materi yang baik, permainan yang apik, dan biasanya ditampilkan beragam hiburan namun justru hancur dikarenakan praktik hegemoni senior. Sedangkan dalam teknisnya, pelaksanaan kegiatan ospek akan berjalan dengan baik apabila seluruh elemen ospek dapat menjalankannya dengan baik pula.
Untuk menghasilkan ospek yang baik diperlukan sebuah gagasan ospek yang menghasilkan  kesan menyenangkan. Ada banyak cara dalam melaksanakannya, antara lain dengan permainan yang edukatif atau outbond, panggung seni siswa/mahasiswa, atau dengan mendatangkan pemateri atau pembicara yang berkapabilitas tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat peserta baru dengan ospek yang menurut mereka memiliki stigma bahwa ospek adalah kegiatan yang membosankan dan berakhir pada kekerasan. Ospek yang menyenangkan tersebut akan menghasilkan kegiatan yang berjalan lancar dan bermanfaat. Teknis pelaksanaan dari ospek yang menyenangkan tersebut dapat dibuat materi yang sangat mendidik yang mengantarkan peserta didik baru kepada pembelajarannya baik mengarahkan ke proses pembelajaran hingga pengkritisan isu – isu sosial. Selain itu peserta didik baru dapat dituntut untuk lebih peka sosial terhadap apa yang ada di sekitarnya melalui pengkritisan isu. Ospek yang menyenangkan  juga dapat menghasilkan  seuatu yang inovatif dan kreatif, seperti yang pernah dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia yang mengharuskan mahasiswa barunya menciptakan tempat pensil dan akhirnya memecahkan rekor MURI. Ospek UPI tersebut diapresiasi oleh banyak pihak karena menghasilkan output yang nyata dan bermanfaat.
Selain cara – cara di atas, penting dalam pelaksanaannya, makna akan ospek perlu ditelaah lebih dalam lagi. Ospek merupakan orientasi studi dan pengenalan kampus maka harus digarisbawahi dari segi makna kalimat maupun pelaksanaan di lapangan. Ospek selain memperkenalkan kehidupan kampus namun juga perlu memperkenalkan kehidupan di luar kampus. University of Adelaide menggunakan pemaknaan tersebut untuk menggarap ospeknya. Di ospek kampus tersebut, terdapat kegiatan ‘How to Survive in Adelaide’, tujuannya adalah memberi tahu dan mengenalkan mahasiswa baru akan lingkungan kampusnya dengan memperkenalkan bahasa, gaya hidup lingkungan, biaya tinggal, kebiasaan masyarakat sekitar dan proses – proses akademik dan nonakademik atau organisasi. Sering kali mahasiswa dari luar kota merasakan kesulitan dalam mengakses kemudahan tinggal di tempat perantauan yang belum dikenalnya. Maka langkah How to Survive tersebut juga dapat membantu mahasiswa baru dalam menyikapi lingkungan termasuk kegiatan – kegiatan kemahasiswaan dan organisasi mahasiswa. Pada praktik studi di kampus, misalnya mahasiswa ilmu sosial dan ilmu politik lebih sering melakukan diskusi di kampus, maka ospek dapat diarahkan untuk mendidik mahasiswa baru berani berbicara dan memiliki kepekaan sosial. Selain itu, kehidupan kampus yang memiliki sisi kepemimpinan dengan adanya badan eksekutif dan legislatif mahasiswa, maka mahasiswa baru dapat diperkenalkan apa itu pemilihan presiden BEM dan ketua BLM, perpolitikan kampus, dan organisasi – organisasi intra maupun ekstra kampus.
Demi mencipatakan sebuah ospek yang menarik, hal yang perlu dikembangkan dan ditindaklanjui adalah kegiatan ospek. Ospek yang menarik tentunya menjamin aspirasi sebagian besar peserta ospek. Ospek yang digagas UPI tersebut dapat dikembangkan di kampus – kampus yang mengedepankan sikap – sikap kreatif. Pemecahan rekor dengan membuat kotak pensil dan buku oleh mahasiswa baru dapat dikembangkan melalui pembuatan karya lain. Karya – karya tersebut selain bermanfaat juga dapat menumbuhkan kekreatifan dan keinovatifan mahasiswa baru. Selain di UPI, Nanyang Technology University juga mengembangkan kampanye kebaikan atau Kindness Campaign yang ditujukan kepada mahasiswa barunya. Mahasiswa baru diharuskan membuat proyek tiga puluh orang tersenyum dari aksi mereka. Mereka dapat menampilkan kebaikan berupa membagikan air mineral, membantu orang di jalan, ataupun membersihkan toilet. Kampanye semacam ini memiliki manfaat yang luar biasa bagi individual mahasiswa karena memiliki sisi humanistik dan mengembangkan sikap kepedulian sosial. Di dalam negeri, Universitas Airlangga juga memberlakukan kegiatan positif ini selama ospek universitas yang dikenal dengan nama Social Project. Mahasiswa baru Unair melakukan kampanye kebaikan dengan membagikan makanan dan minuman kepada pengguna jalan ataupun membersihkan lingkungan kampus dan membantu petugas kebersihan. Selain mengembangkan sikap kepedulian, mahasiswa juga dapat menumbuhkan sikap dekat dengan masyarakat.
Kegiatan lain yang dapat menunjang kehidupan siswa/mahasiswa di kampus adalah diskusi. Siwa/mahasiswa di kampus selain menerima materi perkuliahan di kelas bersama pengajar, ia dapat berdiskusi dengan teman - temann lainnya untuk menambah pengetahuan. Pembiasaan diskusi perlu dibina sejak dini yaitu sejak siswa/mahasiswa masuk dalam lingkungan baru di kampus/sekolah yakni dapat diterapkan selama ospek. Di dalam ospek peserta didik dibentuk kelompok sebanyak sepuluh orang dengan pendamping atau seniornya. Peran senior adalah mengajari bagaimana berdiskusi dan mengutarakan pendapat dengan baik dan benar, memberikan pengkritisan isu – isu sosial, dan memberikan arahan bagaimana menjalani kehidupan sebagai akademisi yang tepat. Di sini, senior bukanlah seorang yang merajai forum, namun senior menjadi penghubung antara peserta forum satu dengan yang lainnya selama jalannya diskusi. Selain cara – cara di atas, untuk menumbuhkan kegiatan ospek yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat pula dibentuk kompetisi – kompetisi antarjurusan/antarkelas, selain merekatkan keakraban juga dapat menumbuhkan jiwa bersaing secara sportif. Satu lagi hal yang dapat menjadikan ospek yang berkesan, ospek dapat disesain menjadi sebuah kenangan. Universitas Gadjah Mada telah menampilkan konfigurasi di PPSMB Palapa setiap tahunnya dengan seluruh mahasiswa barunya membentuk logo mulai dari tulisan Indonesia Raya, Burung Garuda, logo ASEAN, dan logo PBB. Hal ini selain menunjukkan kreativitas dan keinovatifan mahasiswa, juga sebagai sarana ospek yang menyenangkan.
III.             Konklusi

Pendidikan yang baik juga dapat ditunjang melalui ospek yang baik. Ospek merupakan tonggak awal dalam mengantarkan peserta didik baru menuju perkuliahan dan kehidupan kampusnya. Melalui kegiatan yang positif dengan hubungan sosial antara senior junior yang bersimbiosis saling menguntungkan dengan mengesampingkan senioritas akan menghasilkan ospek dengan kesan menyenagkan. Kolaborasi kegaiatan yang positif dan bermanfaat juga dapat menghasilkan mahasiswa baru yang berjiwa kreatif dan inovatif. Ospek yang menyenangkan akan memiliki manfaat besar dalam kehidupan siswa/mahasiswa, mereka akan menghargai setiap proses pembelajaran di kampus, menciptakan iklim kampus yang kolaboratif, dan mendidik peserta didik memiliki sisi manusiawi yang tinggi.

Sumber gambar : www.merdeka.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pros and Cons about Full Day School

RESENSI NOVEL SPRING IN LONDON

Perang Dingin Antara Uni Soviet dan Amerika Serikat