Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Secreto Site : Ruang Publik Pemantik Haters

Gambar
              Anda tak perlu susah – susah lagi untuk mengkritik orang. Belakangan ini, muncul situs anyar yang memfasilitasi siapa pun untuk mengomentari orang lain dengan anonymous atau tanpa nama si komentator. Secreto Site, sebuah situs yang disediakan untuk orang – orang yang ingin dikomentari, dikritik, dan diberi saran. Alih – alih selaras dengan namanya yaitu secret atau rahasia, Secreto Site bukan lagi dijadikan alat introspeksi diri tetapi justru diumbar ke publik.             Cara kerja Secreto Site sangat gampang. Kita cukup login dan membuat akun di sana dan siap dishare ke media sosial. Hanya perlu beberapa waktu Anda akan meraup komentar dari orang – orang yang mengenali Anda dengan nama pengirim yang tidak tercantum. Ini adalah salah satu ciri situs tersebut untuk menyembunyikan identitas si pengirim. Masalahnya, bukan terletak pada tersembunyinya nama si pengirim tetapi perilaku si empunya akun yang justru mempublikasikan komentar yang diberikan kepadanya ke be

TERNYATA, BULLYING MENYASAR MASYARAKAT YANG KURANG PAHAM PERPOLITIKAN

Gambar
            Betapa tidak naik pitamnya Erma Elianti Yusnida yang diperlakukan tidak sewajarnya oleh warga sekitarnya. Gadis 20 tahun asal Desa Tijayan Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten Jawa Tengah seperti menelan pil pahit akibat pilihan kepala desa beberapa bulan silam. Kabar berita bahwa Erma mendapatkan tindakan bullying dari masyarakat sekitar menyeruak di berbagai lini masa. Ya, gadis ini beserta keluarganya dikucilkan warga sekitarnya lantaran dituduh tidak mendukung salah satu calon kepala desa.             Kasus ini kian berbuntut panjang, keluarga Erma merasa terintimidasi oleh perlakuan warga karena hak pilih yang berbeda. Sebenarnya, hak pilih merupakan hak asasi bagi setiap warga negara. Terlebih di Indonesia, pesta demokrasi diselenggarakan hingga tingkat terkecil yaitu desa. Pemilihan kepala desa pun sering kali diwarnai kondisi yang memanas antarwarga hanya gara – gara prbedaan ‘selera’. Ini pun diperparah dengan sistem sosial masyarakat desa yang masih sanga