Secreto Site : Ruang Publik Pemantik Haters
Anda
tak perlu susah – susah lagi untuk mengkritik orang. Belakangan ini, muncul situs
anyar yang memfasilitasi siapa pun untuk mengomentari orang lain dengan
anonymous atau tanpa nama si komentator. Secreto Site, sebuah situs yang
disediakan untuk orang – orang yang ingin dikomentari, dikritik, dan diberi
saran. Alih – alih selaras dengan namanya yaitu secret atau rahasia, Secreto Site bukan lagi dijadikan alat introspeksi diri tetapi justru diumbar
ke publik.
Cara
kerja Secreto Site sangat gampang. Kita cukup login dan membuat akun di sana
dan siap dishare ke media sosial. Hanya perlu beberapa waktu Anda akan meraup
komentar dari orang – orang yang mengenali Anda dengan nama pengirim yang tidak
tercantum. Ini adalah salah satu ciri situs tersebut untuk menyembunyikan
identitas si pengirim. Masalahnya, bukan terletak pada tersembunyinya nama si
pengirim tetapi perilaku si empunya akun yang justru mempublikasikan komentar
yang diberikan kepadanya ke berbagai media sosial. Seolah – olah mereka bangga
dikomentari atau merasa jijik dengan komentar – komentar itu lalu mengunggah capture ke instagram story maupun
whatsapp story. Pertanyaannya, di mana letak secret situs tersebut?
Secreto
Site hanyalah sebuah media sosial yang tampilannya bisa dibilang biasa aja. Meminjam
bahasanya Jurgen Habermas, ini adalah ruang publik. Dalam buku Habermas yang
berjudul Transformasi Struktural Ranah
Publik, Habermas menjelaskan konsep ruang publik sebagai ruang bagi diskusi
kritis, terbuka bagi semua orang sehingga private
people berkumpul untuk membentuk sebuah publik. Begitu pun dengan Secreto
Site, situs ini bebas digunakan siapa saja dan tentu saja konsekuensinya adalah
semua kata dan kalimat bebas terlontar tanpa ada yang tahu siapa yang
menuliskannya. Giliran dikritik kok marah, begitulah ujung – ujungnya.
Orang
– orang seperti diberi ruang oksigen di dalam kardus yang pengap. Begitulah setidaknya
analogi yang dapat menggambarkan bagaimana Secreto Site digunakan. Selama ini
jika kita hanya bisa memendam perasaan atau bahkan ngedumel tidak karuan
akhirnya tersalurkan berkat situs tersebut. Sangat berbeda dengan media sosial
lainnya seperti Facebook, Instagram, dan Whatsapp dalam cara kerjanya, Secreto
Site seolah sebuah oase di tengah padang pasir. Jika dulu kita sedang tidak
enak hati dengan orang lain maka luaplah emosi itu ke status fb, story ig, dan WA,
tetapi bukan dengan cara yang blak – blakan, tentu saja dengan gaya – gaya sindiran
kids jaman now. Dari situlah mungkin si pendiri Secreto Site mengilhami
realitas, maka dibuatlah suatu situs yang menampung keresahan itu. Kini, semua
uneg – uneg bebas dilayangkan dari pujian hingga makian, dari manis hingga
pedas, dari sekata hingga seiya sejalan raya. Ujung – ujungnya adalah apa yang
ditulis oleh si anonym itu tadi dipublikasikan di ig story atau wa story yang
pasti diberi caption melebihi dari
apa yang tertulis di akun secreto-nya. Maka balik lagi, di mana letak secret-nya?
Kedatangan
Secreto Site tentu saja membawa kebahagiaan bagi orang yang sangat kebelet
menyampaikan uneg – uneg. Jika si komentator itu adalah si doi maka aman – aman
saja karena komentar juga pastinya tidak memantik kemarahan. Tetapi jika si
komentator adalah haters, ini adalah ladang
rumput hijau yang siap untuk dibabat. Begitu istilahnya. Matthew Carmona
menjelaskan dalam bukunya Public Sphere :
The Management Dimension bahwa ruang publik dapat berupa positive space, negative space, ambiguous space,
dan private space. Secreto Site
dalam kajian ini dapat berupa positive maupun
negative space. Hal ini sesuai dengan fungsi situs tersebut apakah sebagai
pembawa kalimat baik ataukah buruk. Jeleknya (kasarannya begitu), para haters akan lebih mudah mengumbar
kebencian dalam tulisan yang ditujukan kepada si empunya akun. Terlebih lagi,
si empunya akun sering memposting hasil capture
dan mengunggah di medsos lain. Hal ini juga menandakan bahwa sampai kapanpun
kita tidak siap dengan hujatan apalagi dalam bentuk anonym yang tidak jelas
rimbanya.
Suatu
hal yang begitu unik dalam kehadiran media sosial baru yang tentu saja digandrungi
oleh pengguna media sosial. Sah – sah saja jika ada media sosial baru yang datang
dan booming di masyarakat. Tetapi persoalannya,
menjadi krusial jika tidak dapat digunakan dengan bijak. Terkait dengan fungsi,
sudah jelas saya tuliskan di atas. Namun, mari kita bandingkan dengan media
sosial yang lain. Instagram, Facebook, Whatsapp, dan Twitter selain untuk
berkomunikasi atau berinteraksi, medsos tersebut sering kali dijadikan ajang
pamer warga melalui foto maupun unggahan status. Sarahah, salah satu media
sosial Arab yang hampir – hampir sama dengan Secreto Site juga menawarkan hal
yang sama. Tetapi yang sedang booming di
kalangan kids jaman now sekarang adalah Secreto Site sedangkan Sarahah sudah
menjadi angin lalu.
Tujuan
dibentuknya media sosial tersebut tak ubahnya seperti membuat kotak saran tanpa
diketahui siapa penulisnya. Kadang kala memang seseorang memerlukan kritik dari
orang lain tetapi bisa jadi orang lain enggan memberikan komentar karena
berbagai fakor. Dengan adanya situs baru tersebut adalah wadah dari kerisauan
itu. Sebagai akibatnya apabila pemakaian Secreto Site untuk meluapkan emosional
yang begitu negatif itu sama saja tak ubahnya seperti wadah bagi para loser untuk menyampaikan suara. Terlebih
lagi, haters benar – benar diberi
tempat menyuarakan kebenciannya. Dan lebih parah lagi, itu semua diunggah oleh
si empunya akun untuk dijadikan story. Jelas ini adalah pemantik konflik sosial
yang berawal dari ketidaksukaan yang terus – menerus digemborkan.
Komentar
Posting Komentar